Pertemuan para tokoh MPR RI dengan generasi muda di Jakarta menekankan pentingnya pendidikan dalam mencapai cita-cita Indonesia Emas 2045, sebuah visi yang membutuhkan upaya bersama dari seluruh elemen masyarakat.
Ringkasan Singkat:
- Pendidikan karakter menjadi landasan untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
- Pentingnya partisipasi generasi muda dalam proses demokrasi dan pelaksanaan Pilkada serentak.
- Kepemimpinan berkelanjutan sebagai prioritas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.
Jakarta menjadi saksi pentingnya peran generasi muda dalam membangun masa depan bangsa, ketika Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW), mengajak kaum milenial dan generasi Z untuk berkontribusi dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Dalam sebuah Diskusi Kelompok Terfokus (FGD) bertema “Tanggung Jawab Kaum Muda Wujudkan Cita-Cita Nasional & Visi Indonesia Emas 2045,” yang berlangsung di Gedung Perpustakaan Nasional pada 18 November 2024, HNW menekankan bahwa tantangan dan tanggung jawab untuk mencapai cita-cita tersebut kini berada di tangan generasi muda.
HNW menyampaikan, “Para pemuda hari ini adalah mereka yang akan mengalami Indonesia Emas pada tahun 2045. Oleh karena itu, sangat krusial bagi mereka untuk mempersiapkan diri.” Dalam konteks sejarah, HNW merujuk pada para tokoh pendiri bangsa yang berjuang sejak tahun 1920-an untuk kemerdekaan Indonesia. “Tokoh-tokoh seperti Bung Hatta, Kahar Muzakkir, dan Bung Karno sudah menunjukkan komitmen mereka sejak muda,” ujarnya.
“Jika kita berbicara tentang membangkitkan semangat pemuda untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas, saatnya untuk kembali kepada semangat yang sama di tahun 2020-an,” kata HNW.
HNW mengingatkan bahwa proses menuju kemerdekaan pada tahun 1945 merupakan perjalanan panjang yang mengharuskan semua lapisan masyarakat untuk bersatu dalam semangat perjuangan. Dengan begitu, menghidupkan kembali semangat perjuangan dan menjadikan pendidikan sebagai pilar utama akan sangat vital. Ia menekankan, “Jika kita ingin melihat pemimpin yang berkualitas pada tahun 2045, partisipasi aktif pemuda dalam pemilihan umum dan pemerintahan saat ini sudah tidak bisa ditunda lagi.”
Sementara itu, Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo, dalam berbagai kesempatan menggarisbawahi pentingnya kepemimpinan yang berkelanjutan dan visi jangka panjang dalam mencapai Indonesia Emas 2045. Dalam sosialisasi bersama Mahasiswa Buddhis Indonesia, ia menjelaskan, “Visi ini memerlukan proses dan kontribusi dari semua pemangku kepentingan dan tak akan terwujud secara instan.”
“Kepemimpinan keberlanjutan adalah kunci agar pembangunan lihat jangka panjang dan tak hanya berorientasi pada keuntungan sesaat,” ujar Bambang.
Bambang menekankan bahwa upaya mewujudkan cita-cita ini harus dilakukan secara kolektif, dengan dukungan dari setiap lapisan masyarakat, dan pengakuan terhadap visi yang telah menjadi konsensus. “Dengan komitmen kebangsaan yang kuat, kita dapat menyongsong masa depan yang lebih baik,” tambahnya.
Wakil Ketua MPR RI lainnya, Yandri Susanto, juga menyuarakan pentingnya pendidikan sebagai sarana untuk mempersiapkan generasi penerus bangsa. Dalam kegiatan sosialisasi di Pondok Pesantren Modern Asa’adah, ia menegaskan, “Pendidikan adalah kunci utama menuju sukses, baik di dunia maupun akhirat.”
Yandri juga mendorong agar pendidikan karakter diintegrasikan dalam sistem pendidikan, termasuk di madrasah dan pondok pesantren yang kini menjadi tulang punggung pendidikan di Indonesia. “Pendidikan agama dan karakter yang baik sangat dibutuhkan untuk menghasilkan generasi yang tidak hanya pintar secara akademis tetapi juga memiliki akhlak yang mulia.”
“Guru agama berperan sangat penting dalam mencerdaskan masyarakat dan mempersiapkan generasi penerus untuk masa depan,” tegas Yandri.
Dalam perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan guru agama, Yandri menekankan perlunya perhatian dari pemerintah, termasuk dalam hal jaminan kesehatan bagi para guru. “Kesejahteraan guru harus diperhatikan agar mereka dapat menjalankan tugas mulia mereka dengan baik,” ujarnya dalam acara sosialisasi.
Beta mengatakan, “Negara maju membutuhkan masyarakat yang sehat, pintar, dan sejahtera. Pendidikan karakter dan akhlak harus menjadi prioritas.” Yandri juga berkomitmen untuk memperjuangkan aspirasi para guru demi diakuinya peran penting mereka dalam pendidikan nasional.
Sementara itu, Bambang Soesatyo pun menilai bahwa arus globalisasi dan kemajuan teknologi membawa tantangan tersendiri bagi generasi muda. Dalam seminar yang disiarkan secara daring, Bambang mengungkapkan, “Kita harus menghadapi degradasi moral yang terjadi di masyarakat, yang diakibatkan oleh penyalahgunaan teknologi informasi.” Ia menggarisbawahi pentingnya pendidikan karakter yang seharusnya diperkuat agar para generasi muda dapat menghadapi tantangan global dengan baik.
Menurutnya, pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai Pancasila dan moralitas harus ditanamkan pada setiap individu, sehingga mereka dapat menjadi generasi yang berintegritas dan berakhlak.
“Generasi muda mesti menjadikan isu moralitas sebagai perhatian utama,” imbuhnya.
Dalam konteks ini, MPR RI berupaya untuk menanamkan pendidikan karakter serta wawasan kebangsaan dalam masyarakat. Melalui sosialisasi empat pilar, MPR berupaya membekali generasi muda dengan pengetahuan yang diperlukan agar mereka dapat berkontribusi dalam membangun bangsa.
Satu hal yang tak kalah penting adalah keterlibatan aktif dalam pemilu. HNW mengingatkan pentingnya partisipasi pemuda dalam Pilkada yang akan datang. “Jangan sampai golput hanya karena perbedaan pilihan. Setiap suara sangat berarti, dan pemuda adalah mayoritas pemilih yang akan menikmati hasil dari kebijakan yang diambil,” ujarnya.
HNW juga menekankan, “Pilkada memerlukan biaya besar, dan sangat disayangkan jika pemuda yang seharusnya memiliki suara tak memberikan dukungan. Mari kita berkontribusi untuk masa depan yang lebih baik.”
Dengan demikian, berbagai upaya yang dilakukan oleh MPR RI dan para tokoh pendidikan menunjukkan komitmen mereka terhadap pencapaian Indonesia Emas 2045. Semua elemen masyarakat diajak untuk berperan aktif dalam proses ini, dengan pendidikan dan karakter sebagai fondasi yang tidak boleh terabaikan.
Generasi muda diharapkan tidak hanya menjadi penonton, tetapi juga sebagai pelaku utama dalam proses menuju cita-cita bangsa. Sebab, masa depan Indonesia tidak hanya ditentukan oleh kekuatan politik, tetapi juga oleh kekuatan pendidikannya. “Setiap generasi memiliki tanggung jawab untuk membawa bangsa menuju kemajuan,” tutup HNW.