Beranda Ekonomi & komoditi Indonesia Catat Deflasi Pertama dalam Lebih dari Dua Dekade

Indonesia Catat Deflasi Pertama dalam Lebih dari Dua Dekade

12
0

Indonesia mengalami penurunan indeks harga konsumen (IHK) untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua dekade pada Februari, menurut data resmi yang dirilis pada Senin. Penurunan ini terjadi setelah pemerintah memberikan diskon besar pada tarif listrik guna mendorong pertumbuhan ekonomi.

IHK turun 0,09% secara tahunan pada bulan lalu, mencatat deflasi tahunan pertama sejak Maret 2000 dan jauh di bawah ekspektasi pasar yang memperkirakan inflasi sebesar 0,60%.

Ini juga merupakan bulan kedua berturut-turut di mana tingkat inflasi tahunan berada di bawah kisaran target inflasi Bank Indonesia, yaitu 1,5% hingga 3,5%. Pada Januari, inflasi tercatat sebesar 0,76%.

Faktor Penyebab Deflasi

Salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap deflasi tahunan adalah sektor utilitas, terutama akibat diskon 50% pada tarif listrik bagi sebagian pelanggan selama Januari hingga Februari.

Selain itu, harga beberapa bahan makanan seperti beras, tomat, dan cabai merah mengalami penurunan seiring dengan pemulihan produksi pangan setelah terdampak kekeringan tahun lalu.

“Deflasi ini bukan disebabkan oleh melemahnya daya beli masyarakat, melainkan karena adanya diskon tarif listrik,” ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti, dalam konferensi pers.

Inflasi Inti Sedikit Meningkat

Sementara itu, inflasi inti—yang tidak memasukkan harga yang dikendalikan pemerintah dan harga pangan yang bergejolak—mengalami kenaikan tipis menjadi 2,48% secara tahunan. Angka ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan analis yang memperkirakan 2,42% serta lebih tinggi dari tingkat inflasi inti pada Januari yang sebesar 2,36%.

Para ekonom memperkirakan indeks harga konsumen akan kembali meningkat mulai Maret setelah berakhirnya diskon tarif listrik. Namun, inflasi diprediksi tetap rendah karena pemerintah akan memberikan kebijakan baru berupa diskon tarif penerbangan dan tol selama libur Ramadan.

Dengan adanya stimulus tersebut, ekonom dari Bank Danamon, Hosianna Situmorang, memperkirakan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia akan mencapai 5,1% hingga 5,2% tahun ini, sejalan dengan target pemerintah sebesar 5,2%. Sebagai perbandingan, tahun lalu ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,03%.